M SOLVER

M SOLVER
M SOLVER

Sabtu, 27 Juli 2013


PENGARUH GAS TERHADAP KINERJA POMPA ESP
DI PT. PERTAMINA EP UBEP ADERA


LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin




                                                                        Disusun Oleh :
                          Nama                    : Muhammad Reza  
                           No. Mahasiswa    : 10525012




PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
 2012/2013



LAPORAN KERJA PRAKTEK





Disusun Oleh :
Nama                    : Muhammad Reza
No. Mahasiswa    : 10525012



Yogyakarta, 31 Desember 2012






Dosen Pembimbing,

_______________
Pembimbing Lapangan,


Dosen Pembimbing,

_______________
Pembimbing KP,




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belakangan ini kemajuan industri di dunia semakin pesat. Seiring berjalannya kemajuan industri tersebut maka kebutuhan akan minyak bumi akan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Terbukti dengan berdirinya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di dunia. Institusi atau perusahaan tempat penulis melakukan kerja praktek merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi produksi minyak bumi. Disini produksi minyak buminya bisa mencapai 1200 barel/day. Alasan penulis memilih kerja praktek disini karena penulis melihat adanya peluang yang besar terhadap kemajuan industri minyak bumi di tanah air, mengingat Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, dan juga dalam proses produksinya perusahaan tempat penulis melaksanakan kerja praktek banyak menggunakan pompa-pompa, engine-engine besar dan alat-alat pendukung lainnya yang berkaitan dengan bidang studi yang sedang penulis jalani sekarang sehingga pada pelaksanaan kerja praktek ini penulis dapat belajar langsung di lapangan, dan menemukan masalah yang sering terjadi dilapangan dan juga mencoba mencari solusi dari permasalahan tersebut.

1.2  Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan selama 1 bulan yang di mulai pada tanggal 1 Desember 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Januari 2013. Penulis di tempatkan di fungsi PML (pemeliharan atau maintenance). Selama kerja praktek penulis banyak melakukan kegiatan baik itu di dalam lingkungan kantor maupun melakukan kunjungan-kunjugan ke lokasi-lokasi pengebeboran dan stasiun pengumpul.


1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan Yang Bersifat Umum
a.       Mengetahui informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan perusahaan atau di institusi tempat kerja praktek berlansung.
b.      Menerapkan ilmu pengetahuan yang  didapat dari bangku perkuliahan.
c.       Untuk meningkatkan daya kreativitas, dan keahlian.
d.      Mengetahui, mengenali cara kerja pompa ESP
2.      Tujuan Yang Bersifat Khusus
a.       Untuk mengetahui metode pemilihan ESP
b.      Untuk mengetahui cara kerja ESP
c.       Untuk mengetahui kompenen-komponen utama yang terdapat pada ESP
d.      Untuk mengetahui cara pemasangan dan pencabutan ESP di lapangan


1.4  Manfaat
Bagi Perusahaan
1.      Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang kerja praktek dalam membantu 
menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit kerja yang relevan.
2.      Dapat diperoleh informasi mengenai kerja praktek dan dapat dipergunakan untuk pengambilan langkah selanjutnya.
3.      Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi yang ada pada perusahaan tersebut.
4.      Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara perusahaan tempat kerja praktek dengan jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Indonesia

      Bagi Program S1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Indonesia
1.      Sebagai sarana pemantapan  keilmuan bagi mahasiswa dengan mempraktekkan didunia kerja.
2.  Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan perusahaan di bidang perminyakan.
            Bagi Mahasiswa
1.  Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi dilingkungan kerja.
2.  Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan yang diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya.
3.  Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan tempat mahasiswa kerja praktek.

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika pada laporan KP ini terdiri dari BAB 1. Pendahuluan, BAB 2 Profil Perusahaan, BAB 3 Deskripsi Proses/Kegiatan Proses, BAB 4 Penbahasan, dan BAB 5 Kesimpulan. Sedangkan hal-hal yang mendukung pada laporan KP akan tertera pada lampiran.  



BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
2.1         Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero)
Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang memegang peranan penting dalam pembangunan Nasional. Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat). Namun usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilko Jan Zijkler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) pada tanggal 15 juni 1885 berhasil di temukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut di temukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887. Ledok, Cepu (Jawa Tengah) Pada tahun 1901. Pamusian, Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-penemuan dari penghasil minyak lain mendorong keinginan maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutche Company, Sheel, Caltex, Stanvac dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia.
Setelah Kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957 atas perintah Mayjend Dr. Ibnu Soetowo PT TMSU diubah menjadi PT PERMINA. Kemudian dengan PP .No. 198/1961, PT PERMINA dilebur menjadi PN PERTAMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP. No. 27/1968 PN PERMINA dirubah menjadi PN PERTAMINA. Sebagai landasan kerja baru lahirlah UU. No. 8/1971 pada tanggal 15 September 1971. Sejak saat itu PN PERTAMINA diubah menjadi  PERTAMINA, yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang  mengolah semua bentuk kegiatan di bidang Industri Perminyakan di Indonesia dengan tiga tugas utama yaitu :
1.      Menyediakan dan menjamin pemenuhan BBM (Bahan Bakar Minyak).
2.      Sebagai sumber devisa Negara.
3.      Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih Teknologi dan     
      Pengetahuan .

Ketika PERTAMINA membeli kilang minyak SEI Gerong dari PT. STANVAC tahun 1970, pada saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan kemandirian bangsa dibidang energi dengan mengoperasikan kilang minyak sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri, tiga kebijakan utama selalu mendasari langkah PERTAMINA yaitu kepastian dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi pengadaan dan keluwesan pengadaan. Seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam tubuh PERTAMINA maka pada tanggal 17 September 2003 kembali berubah menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO). Hingga sekarang PERTAMINA telah mempunyai tujuh buah kilang, kilang-kilang tersebut dapat di lihat pada Tabel 1(Nama Kilang PERTAMINA dan Kapasitasnya).

Tabel 1 Nama Kilang PERTAMINA dan Kapasitasnya
NAMA KILANG
KAPASITAS
(Barrels Per Stream Days)
UP-I PANGKALAN BRANDAN
5.000     BPSD
UP-II DUMAI DAN SUNGAI PAKNING
170.000 BPSD
UP-III PLAJU DAN SUNGAI GERONG
133.700 BPSD
UP-IV CILACAP
300.000 BPSD
UP-V BALIKPAPAN
253.000 BPSD
UP-VI BALONGAN
125.000 BPSD
UP-VII KASIM-SORONG
10.000   BPSD
TOTAL
997.300 BPSD
sumber: PERTAMINA, 2001

Sasaran utama pangadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin, dan ekonomis.Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimilikki PERTAMINA tidak berjalan seiring dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.
Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dalam negeri adalah konsumsi minyak yang meningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini sebagai dampak pesatnya kegiatan pembangunan.Di samping itu, kilang-kilang minyak yang dioperasikan menggunakan teknologi yang cukup tertinggal dan tidak efisien.Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang-kilang baru dan memperluas kilang-kilang lama diterapkan teknologi baru yang berwawasan lingkungan.
Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri, tiga kebijakan utama selalu mendasari langkah PERTAMINA, yaitu kepastian dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi, pengadaan, dan keluwesan pengadaan.

2.2        Sejarah Singkat PT. Pertamina EP Ubep Adera
ADERA adalah akronim dari Abab, Dewa dan Raja yang merupakan 3 Blok Lapangan eksploitasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar.2.1. Sejarah singkat Lapangan Abab, Raja dan Dewa diawali dengan ditemukan minyak di Lapangan Talang Akar oleh NKPM pada tahun 1916, Lapangan Pendopo pada tahun 1927, Lapangan Jirak tahun 1930, Lapangan Benakat tahun 1933, Lapangan Raja tahun 1936 dan Lapangan Abab serta Betun pada tahun 1950.  Pada tahun 1959 PT. Stanvac Indonesia mulai beroperasi di Lapangan Abab, Raja dan Dewa. Pada tahun 1983 diserahkan ke Perusahaan Pertamina dan dioperasikan oleh Pertamina sendiri, kemudian berdasarkan kontrak EOR tanggal 5 Juni 1993 eksploitasi minyak Lapangan Abab, Raja dan Dewa dengan luas wilayah sekitar 147 km2 dikelola secara kemitraan oleh Pertamina bersama Citra Patenindo Nusa Pratama dengan membentuk Joint Operating Body (JOB) Pertamina - CPNP.
Pada tanggal 29 Desember 1998, CPNP mengalihkan kemitraannya kepada HED (Indonesia) Inc., sehingga kegiatan eksploitasi diteruskan oleh JOB Pertamina - HEDI. Selanjutnya pada bulan Mei 2004 kemitraan HED (Indonesia) Inc dialihkan ke Lekom Maras Pengabuan dan JOB Pertamina - HEDI berubah menjadi JOB Pertamina - Lekom Maras. Pada tanggal 22 April 2009, berakhirnya kontrak JOB Pertamina - Lekom Maras maka terhitung mulai tanggal 23 April 2009 Lapangan Abab, Dewa dan Raja (Adera) dikelola sendiri oleh PT. Pertamina EP dalam bentuk Unit Bisnis EP (UBEP) Adera. Ada beberapa fasilitas produksi yang beroperasi dan tersebar di beberapa bagian daerah UBEP Adera, Fasilitas fasilitas tersebut antara lain SP Dewa, SP Raja 2, SP Abab 2, SP Abab 3 dan Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Pengabuan. antara lain 10 Stasiun Pengumpul (SP), 1 Stasiun Pengumpul Utama (SPU) dan 2 Stasiun Kompresor Gas (SKG), selain itu ada juga beberapa pipa penyalur atau trunk line yang menghubungkan satu SP dengan PPP. Dari survey diketahui bahwa produksi  UBEP ADERA adalah 2000 BOPD yang dihasilkan oleh  33 buah sumur produksi. Berikut ini fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Pertamina EP UBEP Adera :

Tabel 2  Fasilitas Produksi di wilayah PT. Pertamina UBEP ADERA
No
Fasilitas
Lokasi
SP Abab 2
SP Raja 2
SP Dewa
1
Sumur Produktif
9
13
11
2
Sumur Tidak Aktif
95
80
31
3
Sumur Abundant/Plugged
28
21
12
4
Sumur Injeksi
2
3
3
5
Jalan Akses/Jalur Pipa
12 km
16 km
22 km
6
Skimming Pit
275 m³
595 m³
882 m³
7
Ground Pit
2768 m³
67691 m³
7594 m³
Sumber : Pertamina EP Unit Bisnis Pertamina EP, 2010














2.3      Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Ubep Adera
         PT Pertamina EP Ubep Adera mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dari dibuatnya struktur organisasi adalah untuk mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga mempermudah untuk mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan, maka biasanya struktur dibuat sesuai dengan tujuan organisasi sendiri. Gambar struktur organisasi dapat dilihat di gambar 2.2 dan 2.3.




















Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Pertamina Ep Ubep Adera





















Gambar 2.3 Struktur Organisasi di Fungsi Pemeliharaan

        
BAB 3
KEGIATAN PRODUKSI
3.1            Unit-Unit Produksi di PT.Pertamina EP Ubep Adera
3.1.1    Stasiun Pengumpul Raja 2

Stasiun Pengumpul Raja 2 adalah bagian dari Lapangan Raja memiliki dua unit stasiun pengumpul yaitu SP. Raja 2 itu sendiri  dan SP. Raja 3 yang terletak di koordinat latitude  3o19’2.77”. Produksi minyak rata-rata  mencapai 900 BOPD yang dihasilkan dari 12 - 16 sumur aktif. Produksi ini di salurkan ke Pangabuan dalam bentuk Single Phase HC Liquid sejauh 4 kilo meter. Lapangan Raja juga menghasilkan gas dari 1 (satu) sumur aktif sebesar 0.822 MMSCFD yang disalurkan melalui pipa dalam Tanah. Jumlah air terproduksi yang dihasilkan rata-rata 6.185 BWPD yang diinjeksikan ke dalam 4 - 6 unit sumur injeksi. Lokasi stasiun pengumpul Raja 2 dapat dilihat pada gambar 3.1.
 

Gambar 3.1 Lokasi Stasiun Pengumpul Raja 2


3.1.2    Stasiun Pengumpul Dewa
Stasiun Pengumpul Dewa terletak pada koordinat Lattitude 3o15’50.91” dan Longitude 104o02’15.49” E. Dari Lapangan Dewa minyak/Crude Oil yang berasal dari 7 - 10 unit sumur aktif  keluar rata-rata 400 BOPD.dan  masuk ke SP Dewa. Setelah melalui proses, Crude Oil disalurkan ke Pangabuan sejauh 18 km melalui pipa permukaan Disamping itu  Air terproduksikan rata-rata 4600 BWPD yang ditampung pada skimming pit kemudian dipompa ke 2 (dua) unit sumur injeksi yaitu sumur DWA # 01 dan DWA # 05. Lokasi stasiun pengumpul Dewa dapat dilihat pada gambar 3.2.







Gambar 3.2 Stasiun Pengumpul Dewa


3.1.3    Stasiun Pengumpul Abab 2
Stasiun Pengumpul Abab 2 terletak pada koordinat Lattitude 3o 12’ 57.54” S dan Longitude 104o10”17.39” E. Stasiun Pengumpul Abab 2 menerima produk/transfer minyak dari Stasiun Abab 3 yang kemudian memompakan Crude Oil dalam bentuk Single Phase HC Liquid  ke PPP Pagabuan sebanyak  rata-rata 300 BOPD melalui pipeline di atas permukaan sepanjang 7 Km. Stasiun Abab 2 terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi stasiun pengumpul Abab 2 dapat dilihat pada gambar 3.3.
 


 

Gambar 3.3 Stasiun Pengumpul Abab


3.1.4    Stasiun Pengumpul Abab 3
Stasiun Pengumpul Abab 3 terletak pada koordinat Lattitude 3o 10’ 39.94” S dan Longitude 104o08”17.19” E. Stasiun ini cukup kecil dimana minyak dari sumur dipompakan langsung ke storage tank. Selanjutnya dengan transfer pump dikirim ke Stasiun Abab 2 untuk diproses. Lokasi stasiun pengumpul Abab 3 dapat dilihat pada gambar 3.4.
 







Gambar 3.4 Stasiun Pengumpul Abab 3
3.1.5    Pusat Pengumpul Produksi (PPP) pengabuan
Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Pangabuhan  terletak pada koordinat Lattitude 3o 15’ .88” S dan Longitude 104o09”48.90” E. PPP Pengabuan ini menampung minyak hasil produksi semua SP Field Adera, dimana dari PPP Pengabuan ini minyak ditransferkan ke PPP Prabumulih. Selain itu di PPP Pengabuan ini terkumpul gas hasil keluaran SP Field Adera untuk diteruskan menuju ke Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Cambai. Lokasi pusat pengumpul produksi (PPP) dapat dilihat pada gambar 3.5.
 




 





Gambar 3.5 Stasiun Pengumpul Produksi (PPP)

3.2      Process Flow Diagram (PFD) Secara Umum di Stasiun Pengumpul
Secara umum process flow diagram di stasiun pengumpul dapat di lihat pada gambar 3.6 di bawah ini.












Gambar 3.6 Gambaran Umum Process Flow Diagram di Stasiun Pengumpul

Deskripsi Proses :
Fluida Tiga Fasa (Minyak+Gas+Air) dengan tekanan 3.44 Bar dan temperatur 104.4 derajat Celcius mengalir dari sumur produksi melalui pipeline ke manifold (Header). Dari manifold fluida dialirkan menuju ke separator produksi (low pressure separator) .  Di dalam separator terjadi pemisahan antara fluida gas dengan fluida cair (minyak & air) karena perbedaan densitas, fluida gas (densitas rendah) mengalir menuju scrubber dan fluida cair mengalir menuju ke bejana tekan Free Water Knock Out (FWKO).  Di dalam scrubber terjadi pemisahan antara gas basah dengan gas kering, aliran gas kering yang sudah terpisahkan selanjutnya mengalir menuju filter gas untuk digunakan sebagai bahan bakar engine (pompa, genset, heater treater), sedangkan aliran fasa gas basah dengan presentase yang kecil dialirkan langsung menuju ke sistem flaring untuk dibakar. Terjadi pemisahan fluida cair (minyak+air) di dalam bejana FWKO. Fasa air dialirkan menuju ke skimming pit dan fasa minyak dialirkan menuju ke heater treater untuk dipanaskan. Pemanasan minyak di dalam heater treater bertujuan untuk menurunkan viskositas. Dari heater treater minyak dialirkan ke dalam tangki produksi. Fasa air yang mengalir ke skimming pit melalui beberapa tahap pemisahan dan penyaringan, dimana fasa air di tahap terakhir dipompa ke dalam media filter untuk dipisahkan antara fasa air dan pengotor-pengotornya, fasa air yang sudah terpisahkan dipompakan menuju ke pompa injeksi untuk selanjutnya diinjeksi ke sumur-sumur injeksi. Proses ini adalah proses yang umum di gunakan didalam stasiun-stasiun pengumpul. Untuk detail process flow diagram untuk setiap stasiun pengumpul di PT. Pertamina EP Ubep Adera dapat dilihat pada lampiran.


Bab 4

Hasil dan Pembahasan

TOPIK PEMBAHASAN  : PENGARUH GAS TERHADAP KINERJA POMPA ESP DI PT PERTAMINA EP UBEP ADERA SUMATERA SELATAN

4.1            Latar Belakang

Kompleksnya susunan campuran hidrokarbon didalam reservoir ditambah berbagai ragamnya aspek geologi menyebabkan terjadinya berbagai mekanisme dorong (drive mekanisme) di dalam reservoir. Pengalaman lapangan selama ini menunjukkan bahwa jenis mekanisme dorong alam didalam reservoir tersebut mempengaruhi banyak sedikitnya minyak yang di dapat.
Dari penjalasan di atas maka apabila suatu reservoir diproduksikan, mekanisme dorong (drive mekanisme) yang dihasilkan oleh alam di dalam reservoir lama kelamaan akan berkurang. Akibatnya sumur akan berhenti berproduksi secara sembur alam (natural flow).
Pada saat sumur tidak lagi berproduksi secara sembur alam bukan berarti di dalam reservoir tidak ada lagi minyak yang dapat di eksplorasi. Tetapi masih ada kurang lebih 80% minyak dari jumlah minyak yang telah diproduksi selama sembur alam (natural flow).
Untuk itu diciptakan metode-metode baru guna untuk meningkatkan produksi minyak yang masih tertinggal didalam reservoir, dalam metode artificial lift kita mengenal yang namanya pompa ESP (electrical submersible pump).  ESP adalah salah satu  upaya untuk memproduksikan minyak yang masih tertinggal tersebut. ESP merupakan pompa sentrifugal yang bertingkat (stages) dimana setiap tingkatnya terdiri dari komponen utama yaitu impeller dan difusser.
Dalam beberapa aplikasi ESP didalam sumur, pada saat dilakukan pemompaan faktanya bukan hanya minyak yang terangkat ke permukaan melainkan gas dan air asin juga ikut terangkat. Biasanya gas dan air asin ini yang banyak menjadi problem pada saat proses pemompaan minyak. Jika air asin lebih banyak kapasitasnya di banding minyak maka air asin itu akan terus bereaksi pada dinding tubing dan lama-kelamaan akan menyebabkan scale dan pompa akan stak (tidak bisa berputar). Dan jika kapasitas volume gas banyak dan tekanan gas yang tinggi maka gas maka akan menyebabkan akumulasi gas yang berlebihan dan menyebkan gas lock. Berdasarkan hal tersebut dalam laporan KP ini akan membahas tentang “Pengaruh Gas Terhadap Kinerja Pompa ESP” untuk mengetahui apa saja pengaruh gas terhadap pompa dan bagaimana cara penanggulangan jika terjadi masalah pada pompa yang disebabkan oleh gas.   

4.2            Rumusan Masalah

1.         Apa itu ESP (sejarah singkat, pengertian, bagian-bagian di dalam ESP)
2.         Bagaimana pengaruh gas terhadap kinerja ESP
3.         Bagaimana meminimalkan pengaruh gas terhadap ESP

4.3            Batasan Masalah

Dalam laporan ini penjelasan pengaruh gas terhadap pompa ESP (Electrical Submersible Pump) masih bersifat umum belum terlalu spesifik, dan juga dalam laporan ini tidak membahas perhitungan matematis pompa ESP (Electrical Submersible Pump). Hanya membahas bagian-bagian pompa ESP (Electrical Submersible Pump) dan pengaruh-pengaruh gas yang terjadi dan bagaimana cara penangannya.

4.4            Tinjauan Pustaka

4.4.1        Sejarah Singkat ESP (Electrical Submersible Pump)
            ESP (Electrical Submersible Pump) pertama kali ditemukan dan dikembangkan oleh Armais Arutunoff pada awal tahun 1911. Armais arutunoff lahir 21 Juni 1893 di Tiflis, Georgia yang terletak di pegunungan kaukasus antara kaspia dan laut hitam. Lahir dari keluarga Armenia, ayahnya adalah produsen sabun, dan kakeknya merupakan seorang pedagang bulu. Pada masa mudanya, Armais arutunoff tinggal di Erivan (sekarang Yerevan. Armenia). Armais arutunoff meninggal dunia pada Februari 1978 di Oklahoma.
            Armais arutunoff belajar tentang transmisi tenaga listrik yang menunjukkan bahwa transmisi daya dapat efisien di terapkan pada hampir disemua kondisi. Ambisinya adalah menerapkan hasil penemuannya untuk pengeboran minyak dan meningkatkan metode lama yang digunakan di awal 1900-an di Rusia. Tetapi untuk merealisasikan ambisinya Armais Arutunoff membutuhkan motor listrik yang kecil tetapi memiliki tenaga kuda yang tinggi.
            Pembatasan yang diberlakukan oleh ukuran casing juga mempengaruhi kenapa motor listrik tersebut harus berukuran kecil. Pada saat itu secara hukum fisika dan desain menunjukan bahwa motor dengan diameter kecil akan menghasilkan tenaga kuda yang sangat rendah. Setiap motor yang ada tidak akan memadai untuk pekerjan yang ada dalam pikirannya sehingga Ia belajar hukum dasar listrik untuk menemukan dasar jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana membangun motor dengan tenaga kuda yang lebih tinggi tetapi dengan diameter yang lebih kecil. Pada 1914 saat perang dunia berkecamuk motor tersebut dicoba untuk membor secara horizontal dan pada tahun yang sama motor tersebut digunakan untuk memompa air di tambang-tambang. Pada 1916, Armais Arutunoff mendesain ulang pompa sentrifugal yang akan digabungkan ke motor untuk dewatering ulang tambang dan kapal. Untuk mengembangkan tenaga lisrik yang cukup maka motor perlu beroperasi pada kecepatan tinggi.
            Untuk beban langsung ke motor memungkinkan menggunakan transmisi listrik yang sederhana tetapi pompa perlu perangkat berputar dan beroperasi pada kecepatan yang sama dengan motor untuk itu dipilihlah pompa sentrifugal karena dinilai memenuhi spesifikasi tersebut. Tetapi yang menjadi masalah adalah pompa sentrifugal tidak pernah dirancang untuk beroperasi pada debit yang tinggi. Oleh karena itu dengan cerdiknya Armais arutunoff  merancang pompa sentrifugal dengan diameter kecil yang memiliki banyak tahap untuk mencapai debit yang tinggi. Pompa tersebut memiliki komponen utama impeller dan diffuser dengan diameter kecil tetapi memiliki banyak tingkatan (stages) yang membuat pompa tersebut dapat operasi pada debit yang tinggi. Arutunoff juga dalam desainnya dengan cerdasnya memasang motor dibawah pompa untuk mendinginkan motor dengan aliran bergerak keatas di dalam casing sumur minyak dan seluruh unit dipasang didalam sumur dengan pipa (tubing) (PT. Epsindo Jaya Pratama., 2008 : [2] ).


4.4.2        Pengertian dan Prinsip Kerja ESP (Electrical Submersible Pump)
4.4.2.1  Pengertian ESP (Electrical Submersible Pump)
Electrical Submersible Pump merupakan pompa sentrifugal bertingkat banyak (multi stage) dan masing-masing tingkat terdiri dari impeller dan diffuser yang dimasukkan ke dalam  rumah pompa. Setiap tingkat pompa terdiri dari satu impeller dan satu diffuser yang terbuat dari nikel sedangkan poros pompa terbuat dari monel. Impeller dipasang pada poros tegak dari pompa yang berputar pada bushing. Hubungan antara poros pompa dan poros protektor dilakukan dengan perantara coupling. Jumlah tingkat pompa tergantung pada head pengangkatan. Kapasitas pompa selain ditentukan oleh RPM-nya juga dipengaruhi oleh besar diameter impeller, hal ini dibatasi oleh ukuran casing maka diperlukan tingkat pompa yang banyak. Untuk dapat lebih mengenal perangkat – perangkat yang ada pada pompa ESP dapat melihat pada gambar 4.1.







Gambar  4.1 Perangkat-perangkat pada ESP
(PT. Pertamina EP Ubep Adera 2008)
4.4.2.2  Prinsip Kerja ESP
Prinsip kerja Electric Submersible Pump adalah berdasarkan pada prinsip kerja pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller pompa, cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh diffuser kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga mekanis motor diubah menjadi tenaga hidrolik. Impeller dan diffuser  dapat dilihat pada gambar 4.2.






Gambar 4.2 Impeler dan Difusser
( PT. Pertamina EP Ubep Adera 2008)
Impeller terdiri dari dua piringan yang didalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan sudut w, cairan dalam impeller dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah pompa kemudian dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar, maka terjadi proses penghisapan.




4.4.2.3  Surfacehole Equipment (bagian permukaan) pada ESP
Surfacehole equipment merupakan bagian permukaan pada rangkaian ESP. surface hole equipment terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut antara lain sebagai berikut :
4.4.2.4 Genset (Generator Set)
Genset adalah salah satu faktor penting didalam rangkain ESP. Genset merupakan gabungan antara mesin dan generator. Secara garis besar dalam sistem kerjanya genset merubah energi mekanik didalam engine di ubah menjadi energi listrik oleh generator. Dan kemudian energi listrik itu di transfer ke motor melalui beberapa tahapan. Setelah itu energi listrik yang telah di transfer ke motor tadi diubah lagi menjadi torsi untuk memutar shaft yang terhubung kepompa dengan begitu pompa akan berputar. Untuk bentuk fisik dari genset dapat dilihat pada gambar 4.3.











Gambar 4.3 Genset Caterpiller
4.4.2.5 Transformator
ESP motor mempunyai kapasistas horse power, ampere, serta voltage yang sangat beragam. Voltage (tegangan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan ESP motor berkisar antara  400-3000 volt. Untuk mendapatkan tegangan yang tepat diperlukan transformator. Pada umumnya tegangan input transformator berkisar antara 7200 -13800 volt. Alasan pemberian tegangan input yang tinggi adalah untuk mendapatkan ampere yang rendah pada jalur transmisi sehingga tidak diperlukan kabel (penghantar) yang besar, karena selain harganya mahal juga berat dan tidak praktis. Contoh dari transformator dapat di lihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Transformator
(Aleksandar, Serdar. 2011)


4.4.2.6 VSD (Variable Speed Device)
VSD (Variable Speed Device) merupakan gabungan starter, upperload, dan underload protection serta Recorder Instrument (alat pencatat) yang bekerja secara otomatis jika terjadi peyimpangan, Terlihat pada gambar 4.5. Adapun fungsi VSD ini yaitu sebagai kontrol di permukaan guna melindungi peralatan bawah permukaan serta untuk mempercepat ataupun memperlambat kerja motor di bawah tanah dengan pengaturan daya yang diberikan ke transformer.
Gambar 4.5 Variable Speed Device

4.4.2.7 Junction Box
Junction box berfungsi sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin migrasi ke permukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfir, juga sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari trafo juga untuk mempermudah pekerjaan operator jika akan merubah arah putaran motor (reserve rotation). Junction box ditempatkan antara trafo dan wellhead. Seperti di tunjukan pada gambar 4.6
Gambar 4.6 Letak Junction Box
( PT. Pertamina EP Ubep Adera)
Gambar 4.7 Junction Box
4.4.2.8 Well Head
Wellhead atau tubing head adalah tempat untuk menggantung tubing di dalam sumur. Karena dengan adanya kabel dari permukaan ke motor, maka wellhead yang digunakan untuk instalasi esp tentu saja tidak sama dengan wellhead  untuk sumur sembur alam, tetapi disesuaikan dengan keperluan adanya lubang sebagai tempat lewatnya power cable. Wellhead di tunjukkan pada gambar 4.8.










Gambar 4.8 Wellhead





4.4.2.9     Downhole Equipment (bagian bawah) pada ESP
Peralatan ini dalam satu  kesatuan di ujung tubing produksi dan dibenamkan ke dalam fluida sumur. Adapun peralatan untuk bawah permukaan adalah sebagai berikut:
4.4.2.10 PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
            PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekanan dan temperatur dalam sumur. Secara umum PSI unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu :
·         PSI Down Hole Unit
      Dipasang di bawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini dihubungkan pada Wyre dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan bagian dari Motor tersebut.
·         PSI Surface Readout
      Merupakan bagian dari sistem yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.
Contoh dari Pressure Sensing Instruments terdapat pada gambar 4.9









Gambar 4.9 Pressure Sensing Instruments
(Brown,K.E.,1980)




4.4.2.11 Motor Listrik
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa (prime mover). Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri dari dua kumparan, yaitu stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Rotor ini dihubungkan dengan poros yang terdapat pada pompa (shaft) sehingga impeller pompa akan berputar. Karena diameter luarnya terbatas (tergantung diameter casing), maka untuk mendapatkan horse power yang cukup maka motor dibuat panjang dan berganda (tandem).
Motor ini diisi dengan minyak yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi. Minyak tersebut selain berfungsi sebagai pelumas juga berfungsi sebagai tahanan (isolasi) dan sebagai penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor tersebut bekerja. Panas tersebut dipindahkan dari rotor ke housing motor yang selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluida sumur yang terproduksi. contoh bentuk fisik dari motor listrik di tunjukan pada gambar 4.10.












                                                       Gambar 4.10
Motor Pompa Benam Listrik
(Brown,K.E.,1980)

4.4.2.12    Seal Section (Protector)
   Protector (Reda) seperti yang terlihat di gambar 4.11 sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift) atau Equalizer (ODI). Alat ini dipasang di antara gas separator dan motor listrik yang mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu:
·         Untuk mengimbangi tekanan motor dengan tekanan di annulus,
·         Sebagai tempat duduknya Thrust Bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type),
·         Untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa
·         Sebagai penyekat masuknya fluida sumur ke dalam motor listrik serta memberikan ruang untuk pengembangan/ penyusutan minyak motor sebagai akibat dari perubahan temperatur dalam motor listrik pada saat bekerja atau saat dimatikan.















Gambar 4.11
Protector
(Brown,K.E.,1980)
4.4.2.13 Intake (Gas separator)
Intake / Gas Separator dipasang di bawah pompa dengan cara menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa, disebut gas separator, tetapi ada juga yang tidak yang disebut Intake atau Standart Intake. Gas separator digunakan untuk sumur yang mempunyai GOR tinggi dan dapat disambungkan pada pompa untuk memperbaiki efisiensi pompa. Contoh dari intake / gas separator dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12
Gas Separator
(Brown,K.E.,1980)







4.4.2.14    Unit Pompa
            Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri dari: Impeller, Diffuser, Shaft (tangkai) dan Housing (rumah pompa). Di dalam Housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser.
Dalam pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada Housing.
 Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk ke dalam pompa melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses sentrifugal maka fluida akan terlempar keluar dan diterima diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya.
Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida. Contoh dari unit pompa dapat dilihat pada gambar 4.13.


Gambar 4.13
Unit Pompa ESP
(Brown,K.E.,1988)

4.4.2.15  Unit Kabel Listrik
Power yang dibutuhkan oleh motor disalurkan dari permukaan melalui kabel listrik yang dilapisi dengan penyekat. Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing dengan Clamp. Unit kabel ini terdiri atas tiga buah kabel tembaga yang satu sama lain dipisahkan dengan pembalut terbuat dari karet dan keseluruhannya dibungkus dengan pelindung baja. Ada dua jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan round cable (bulat), yang penggunaannya tergantung pada besarnya ruang (clearances) yang tersedia. Bagian dari kabel biasanya terdiri dari:
·         Konduktor (conductor)
·         Isolasi (insulation)
·         Sarung (sheath) Jaket
Contoh kabel listrik jenis flat dan round cable dapat di lihat pada gambar 4.15.














Gambar 4.15
Jenis Flat dan Round Cable
(Brown,K.E.,1980)

4.4.2.16  Check Valve dan Bleeder Valve
               Check Valve dipasang pada tubing  (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Bila Check Valve tidak dipasang, maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak. Check Valve umumnya digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah..
Bleeder valve berada 1 joint di atas check valve digunakan untuk mengeringkan fluida ke annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan dalam tubing untuk membukanya.



4.4.2.17    Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

4.5            Analisis Masalah

4.5.1        Bagaimana Pengaruh Gas Terhadap Kinerja ESP

Sumur secara rutin diproduksi di bawah takanan titik didih (bubble point pressure) untuk memaksimalkan draw down (bagian terbawah dari reservoir) guna meningkatkan total produksi hidrokarbon. Draw down yang besar memerlukan system pompa untuk menangani volume gas yang tinggi. ESP system biasanya hanya dapat menangani gas bebas antara 10% sampai 25% sebelum kinerja pompa menurun dan terjadi gas lock (efek yang terjadi jika gas masuk ke dalam pompa). Perbedaan masa jenis yang besar antara gas dan cairan membuat tekanan rendah di impeller, yang mengakibatkan gas terakumulasi. Gas bebas dalam impeller akan menggantikan cairan dan membatasi volume pompa. Ganguan gas ini akan menyebabkan penyumbatan parsial dari jalur aliran impeller sehingga kinerja pompa menurun dan produksi rendah.  Semakin banyak gas memasuki system ESP, maka operasi ESP menjadi lebih tidak stabil sampai system ESP mati karena under current (kehilangan arus). ESP mati yang berulang karena ganguan gas akan menyebabkan kelelahan bahan pada system ESP hingga mempercepat kerusakan pada ESP serta menyebabkan kehilangan produksi.

4.5.2        Permasalahan yang diakibatkan oleh Gas terhadap pompa ESP di   PT.Pertamina EP Ubep Adera

Belakangan ini jumlah produksi yang dicapai PT.Pertamina EP Ubep Adera per harinya semakin menunjukkan grafik penurunan. Sehingga dalam upaya meningkatkan target produksinya PT.Pertamina EP Ubep Adera menggunakan ESP sebagai terobosan dalam pengeboran minyak di areanya. Terutama pada sumur-sumur yang memiliki potensi cadangan fluida yang cukup besar tetapi tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mengangkat fluida kepermukaan. Dengan ESP diharapkan cadangan-cadangan fluida tersebut dapat terangkat ke permukaan. Melalui daya angkat jumlah fluida yang besar maka dimungkinkan ESP mampu mengangkat jumlah fluida yang ada di sumur-sumur minyak dalam jumlah besar. Meskipun cadangan fluida (minyak & air) hanya mengandung presentase minyak yang sedikit namun jumlah fluida yang besar tentunya akan memberikan hasil yang cukup sesuai dengan perhitungan engineer. Sehinga mampu memberikan sumbangan jumlah produksi minyak dalam upaya pemenuhan target produksi yang diberikan.
Dalam kegiatan Produksinya ditahun 2012 PT. Pertamina EP Ubep Adera telah menggunakan ESP sebagai sarana pengangkat fluida kepermukaan.
Dalam pengoperasiannya pompa ESP tidak terlepas dari kendala-kendala teknis maupun non teknis. Dalam laporan akan dibahas fenomena dan kendala-kendala apa saja yang disebabkan oleh gas yang mempengaruhi kinerja ESP. Berikut ini yang di tunjukkan oleh tabel 3 merupakan data kerusakan rangkaian ESP yang terpasang di sumur-sumur minyak di area ubep Adera selama tahun 2012.
Tanggal
Lokasi
Peralatan
Keterangan Kerusakan
29-03-2012
ABB-082
Pompa
Gas Lock
29-04-2012
RJA-101
Motor
Phase to phase unbalance



Phase to ground zero
12-06-2012
RJA-010
Motor
Short sircuit
02-07-2012
ABB-084
Motor
Phase to phase unbalance



Phase to ground zero
22-08-2012
RJA-101
Pompa
Gas Lock
04-09-2012
ABB-063
Pompa
Gassy
17-09-2012
RJA-010
Kabel
Zero M.Ohm


Pompa
Stuck
10-10-2012
RJA-049
Motor
Un balance
18-10-2012
ABB-084
Motor
Stuck
05-11-2012
RJA-049
Motor
Unbalance
26-11-2012
ABB-063
Motor
Unbalance
Tabel 3 Data Kerusakan Pompa ESP
(PT. Pertamina EP Ubep Adera, 2012)

Keterangan Istilah dalam tabel 3 :
Gas Lock                                :    Efek yang terjadi jika terlalu banyak gas yang masuk ke dalam pompa, dimana saat perforasi di dalam sumur menghasilkan volume gas yang cukup banyak sehingga pada saat fluida dan gas keluar dari perforasi sumur dan dihisap oleh pump intake yang masuk duluan ke dalam pompa adalah gas.
Stuck                                      :    Pompa mati karena terjadi interfensi gas atau air
Zero M.omh                           :    Short circuit yang terjadi pada motor ESP, Power Cable ESP, dan MLE (Motor Lead Extention).     
Phase to Phase Unbalance   :    Hasil pengukuran terhadap gulungan motor yang teridentifikasi telah terbakar.
Unbalance                             :    Ketidakseimbangan nilai tahanan listrik terhadap motor atau power cable ESP.
Phase to ground Zerro          :    Hasil pengukuran terhadap phase A,B,C terhadap ground motor atau power cable yang telah short circuit.
Short Circuit                          :    Hubungan arus pendek.
Gassy                                      :    Masuknya gas bebas ke dalam fluida produksi yang  lebih berat biasanya disertai dengan berkurangnya total produksi fluida.
Dari data diatas ditunjukan pada tanggal 29-03-2012 rangkaian ESP mengalami ganguan pada pompa dan motor. Pada data tersebut dituliskan bahwa pompa mengalami Gas Lock. Hal ini biasanya disebabkan oleh kadar gas yang ada didalam sumur tinggi. Sehingga gas tersebut memenuhi ruang didalam pompa, dan impeller terus berputar dengan kecepatan tinggi yang lama-kelamaan akan mengakibatkan Shutdown nya pompa. Penjelasan lebih lengkap tentang masalah-masalah yang diakibatkan gas adalah sebagai berikut.

4.5.2.1 Gassy

Gassy merupakan kondisi dimana masuknnya gas bebas kedalam fluida produksi yang lebih berat. Pompa ESP akan menyedot apapun yang ada pada pump intake termasuk gas sehingga pada saat proses penghisapan fluida gas ikut masuk kedalam pompa. Pada proses tersebut sudah dapat dipastikan bahwa gas akan masuk terlebih dahulu di banding fluida kedalam pompa. Di saat gas masuk tersebut maka pompa tidak akan maksimal menghisap fluida karena sebagian besar ruang didalam pompa sudah terisi oleh gas sehingga impeller tidak maksimal menghisap fluida. Akibat dari fenomena ini maka pompa ESP mengalami fluktuasi puturan yang lama kelamaan akan mengakibatkan shutdown pada pompa. Ammeter chart yang menunjukkan fenomena Gassy dapat di lihat pada gambar 4.16.








Gambar 4.16 Ammeter Chart Yang Menunjukan Fenomena Gassy

4.5.2.2 Gas Lock

Proses terjadinya Gas lock menyerupai Gassy. Gas Lock merupakan kondisi dimana saat perforasi di dalam sumur menghasilkan volume gas yang cukup banyak sehingga pada saat fluida dan gas keluar dari perforasi sumur dan dihisap oleh pump intake, yang masuk duluan ke dalam pompa adalah gas. Pada saat situasi itu terjadi yang berputar didalam impeller itu hanya gas saja. Fungsi sebenarnya dari impeller didalam pompa adalah untuk mendorong fluida keatas. Ketika yang masuk kedalam pompa itu hanya gas. Maka impeller kehilangan kemampuan dorong keatasnya. Sehingga gas tersebut terjebak di impeller. Dan lama kelamaan gas yang berada di luar pompa akan terus terhisap memenuhi vanes (diffuser dan Impeller) didalam pompa. Pada saat tidak ada fluida yang dihisap oleh pompa maka impeller didalam pompa akan terus berputar dengan kecepatan tinggi dan itu akan membuat motor dipompa akan panas. Dan mengakibatkan shutdown pada pompa. Ammeter chart yang menunjukkan fenomena Gas Lock dapat di lihat pada gambar 4.17.








Gambar 4.17 Ammeter Chart Yang Menunjukkan Fenomena Gas Lock

4.5.3    Shock Loading

Shock loading pada ESP berpotensi disebabkan oleh gelombang di pompa (tingginya volume gas). Shock loading juga bisa disebabkan oleh kehilangan utama (level fluida yang rendah). Contoh kerusakan yang disebabkan oleh shock loading dapat dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19.






Gambar 4.18 Patahan Kopling pada Rangkaian ESP
Gambar 4.19 Kopling

4.6            Pembahasan

Terjadinya gangguan atau kerusakan yang disebabkan oleh Gas pada pompa ESP tentunya akan berdampak pada upaya pemenuhan target produksi minyak yang dicapai. Gangguan kinerja tersebut selain berpengaruh terhadap hasil produksi tentunya juga berakibat terjadinya pengeluaran anggaran belanja yang diperlukan untuk pencabutan rangkaian ESP dan penggantian komponen yang mengalami kerusakan serta kegiatan lain dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja pompa ESP yang mengalami kerusakan. Untuk itu ada beberapa Metode untuk meminimalkan pengaruh gas  terhadap kinerja pompa ESP. metode-metode itu adalah sebagai berikut :

4.6.1        Penanggulangan (Avoidance)

4.6.1.1 Sistem Selubung (Shrouded System)

 Sistem selubung adalah cara menghindari gas yang meningkatkan pemisahan secara alami dan mengurangi gas bebas di pompa. Dengan sistem selubung, gas bergerak ke atas hingga annulus dan cairan dialihkan ke dalam pompa, sehingga menciptakan pemisahan. Pertama selubung digunakan untuk membungkus pompa, dan sistem ini harus ditempatkan di bawah perforasi. Selubung juga bisa terbalik dan tempat di atas perforasi. Sistem ini biasanya membutuhkan sistem ESP yang diameternya lebih kecil. Contoh sistem selubung pada pompa ESP dapat dilihat pada gambar 4.20.








Gambar 4.20 Sistem Selubung Pada ESP
(PT. Pertamina EP Ubep Adera, 2012)

4.6.2        Sistem Pemisahan (Separation)

Salah satu faktor yang dapat menurunkan kinerja pompa adalah jumlah gas bebas di stage pompa. Jumlah gas yang ada di intake akan menentukan apakah akan menggunakan intake standart atau menggunakan gas separator. Berdasarkan pengalaman, table 4 berikut dapat digunakan sebagai acuan :
Separator Type
(Tipe Pemisahan)
Separation Efficiency
Gas Ingestion Percentage
(Persentasi Gas Diolah)
Standar Intake
0%-20%
80% - 100%
Reverse Flow G.S
25% - 50%
50% - 75%
Rotary G.S
80% - 95%
5% - 20%
Tabel 4 Acuan Tipe Separator
(PT. Pertamina EP Ubep Adera, 2012)

Penjelasan 3 jenis sistem pemisahan adalah sebagai berikut :

4.6.2.1 Sistem Pemisahan Gas Secara Alami ( Standard Intake)

Sistem ini bisa terjadi karena adanya perbedaan masa jenis dan daya apung antara gas dan cairan. System ini digunakan untuk sumur produksi dengan GLR rendah. Jumlah gas yang masuk harus lebih kecil dari 10% sampai 15% dari total volume fluida. Standart intake mempunyai lubang untuk tempat masuknya fluida ke pompa, dan dibagian luarnya dipasang selubung ( screen ) yang berguna untuk menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk ke dalam pompa.
4.6.2.1 Sistem Pemisahan Gas dengan Static Gas Separator
Static gas separator atau juga sering disebut reserve gas separator dianggap mampu memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya. Fluida yang masuk melalui screen akan mengalami proses pencekikan (Throtling), Sehingga fluida tersebut akan mengalami penurunan tekanan. Pada tahap pertama ini sebagian yang gas terlarut dalam cairan sumur akan terlepas dan selanjutnya mengalami pembalikan arah aliran kebawah menuju ke pickup impeller yang ada dalam gas separator tersebut. Impeller ini berfungsi sebagai pemutar dan sekaligus pengangkat fluida ke atas. Putaran impeller akan menimbulkan proses turbulensi pada fluida dan mengakibatkan juga proses sentrifugal. Dimana cairan akan terlempar keluar, sementara gas akan tetap berada dipusaran sekitar sumbu. Bersama-sama gas dan cairan akan bergerak ke atas. Cairan akan diarahkan masuk ke pompa, sedangkan gas diarahkan keluar menuju annulus melalui lubang yang berada di bagian atas separator. Dengan demikian dapat diharapkan pada saat fluida masuk stage pompa mempunyai masa jenis yang relatif lebih tinggi dibanding dengan kondisi sebelum mengalami pemisahan.

4.6.2.2 Sistem Pemisahan Gas dengan Rotary Gas Separator

Rotary gas separator dapat memisahkan gas sampai 90%, dan biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas separator jenis ini tidak direkomendasikan untuk dipasang pada sumur-sumur yang abrasif. Cara pemisahan gas dari fluida formasi berlangsung dimana fluida memasuki gas separator langsung menuju bagian bawah inducer yang berbentuk ulir (screw type inducer). Di bagian ini fluida akan mengalami kenaikan tekanan dan mendorong ke atas memasuki sudu pemutar (centrifuge), dan akibat adanya gaya sentrifugal maka gas akan memisahkan diri dari cairan. Akibat dari terpisahnya gas, maka cairan akan mempunyai masa jenis yang lebih besar dan akan terlempar ke dinding, sedangkan gas yang lebih ringan akan bergerak keatas sepanjang sudu pemutar menuju pemisah aliran. Secara konstruksi, bagian dalam gas separator ini dibuat alur silang dimana dari bagian sudu pemutar berkomunikasi langsung dengan annulus. Sedangkan cairan yang mempunyai densitas yang lebih besar diarahkan masuk ke pompa.

4.6.3        Sistem Penanganan (Handling)

Sistem penangan gas untuk operasi ESP dapat di bagi ke dalam dua kelompok teknologi berikut :
·         System advanced gas handler (AGH) dengan sentrifugal khusus berkecepatan tinggi yang dapat menangani gas untuk ESP yang mengandung gas sampai GVF 45% pada tekanan masukan rendah.
·          Teknologi Aliran Aksial untuk ESP yang mengandung gas yang sangat tinggi dengan GVF hingga 75%

4.6.3.1  System Advanced Gas Handler (AGH)

Perangkat Advance Gas Handler (AGH) ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi keseluruhan dari instalasi ESP dengan mempertahankan rasio gas ke cair yang lebih tinggi dalam string tubing. Gas Fraction Volume (GVF) system yang lebih tinggi mengurangi tenaga kuda hidrolik yang dibutuhkan untuk mengangkat fluida ke permukaan. Sistem AGH menggunakan desain stage sentrifugal yang unik  untuk mengubah distribusi tekanan impeller, menciptakan campuran homogen dengan ukuran gelembung gas berkurang. Cairan ini dikondisikan berperilaku sebagai fluida satu fase sebelum masuk pompa.

Sistem AGH dapat di aplikasikan pada :
·         Sumur-sumur dengan GOR yang tinggi yang terlalu bergas untuk separator dinamis
·         Sumur-sumur minyak subsea
·         Sumur-sumur bergas dengan set packer diatas pompa
·         Sumur-sumur gas mengandung air
·         Sumur-sumur konversi gas lift ke ESP
Manfaaat dari sistem AGH
·         Dapat meningkatkan produksi secara Dramatis pada sumur-sumur yang sebelumnya dianggap terlalu bergas pada pompa ESP.
·         Dapat mencegah degradasi kinerja pompa dengan mengkondisikan campuran gas cair.
·         Dapat memperpanjang usia peralatan dengan mengeliminasi siklus pompa dikarenakan gas lock
·         Dapat sangat diandalkan pada lingkungan berpasir atau abrasive.
Contoh dari sistem AGH dapat dilihat pada gambar 4.21.











Gambar 4.21 Sistem AGH
(PT. Pertamin EP Ubep Adera, 2010)

4.6.3.2 Sistem Aliran Aksial

System gas aliran aksial adalah perangkat pompa multiphase yang dipasang dibawah pompa produksi utama untuk memungkinkan pompa produksi menangani persentase gas bebas lebih tinggi dengan lebih efisien. System ini dapat dipasang diatas pemisah gas, Sehingga gas dapat dilepaskan ke casing, atau dapat diinstal diatas masukan (intake) standar jika semua gas yang dihasilkan melalui pompa. Sistem aliran aksial ini dirancang untuk meningkatakn stabilitas pemompaan dalam sumur yang mengandung gas, memberikan penanganan yang lebih baik dalam sumur horizontal dan meningkatkan laju produksi, pemulihan cadangan, dam efektivitas ESP. Hal ini juga dapat digunakan dalam sumur dengan packer nonvented yang biasanya ditemukan dibawah laut dan offshore completion.
Penjelasan tentang pompa multiphase adalah sebagai berikut :
·         Multiphase Pump ( Poseidon )
The Poseidon adalah Multiphase Helicoaxial Pump yang dipasang diantara intake (Gas Separator) dan pompa dan mampu menangani gas bebas hingga 75%.
Multi Phase Pump dapat di aplikasikan di sumur-sumur sebagai berikut :
·         Sumur-sumur minyak dengan volume gas yang terlalu banyak bagi perlatan penanganan gas konvensional
·         Sumur produksi minyak dengan packer yang tidak lepas
·         Sumur-sumur minyak yang subsea
·         Konversi dari gas lift ke ESP
Manfaat yang dapat di ambil dari pengaplikasian Multiphase Pump adalah sebagai berikut :
·         Dapat meningkatkan produksi dan usia reservoir pada sumur-sumur minyak berkadar gas tinggi dengan cara meningkatkan drawdown serta operasi pompa efektif pada tekanan intake/masukan rendah
·         Dapat meningkatkan produksi dengan shutdown produksi yang lebih sedikit
·         Dapat memperpanjang usia instalasi dengan stabilisasi motor
·         Dapat memperpanjang usia kerja pompa
Fitur-fitur yang dimiliki Multiphase Pump adalah sebagai berikut :
·         Aliran aksial, desain Multi Stage untuk mengatasi persentasi gas bebas yang tinggi
·         Desain hidrolik khusu untuk meminimalisasi pemisahan cairan atau gas
·         Konstruksi tahan abrasi cocok untuk aplikasi kepasiran
·         Stage tersedia 5530 dan metalurgi tahan Ni.



Contoh dari sistem aliran aksial (Multiphase Pump) dapat dilihat pada gambar 4.21.







Gambar 4.22 Multiphase Pump
(PT. Pertamina EP Ubep Adera, 2010)

Metode-metode tersebut diatas dapat diaplikasikan sesuai dengan karekteristik sumur di masing-masing lokasi. Diharapkan dengan adanya metode-metode ini dapat membantu meningkat jumlah produksi perharinya.



Bab 5
Penutup

5.1            Kesimpulan

Gangguan yang disebabkan oleh Gas terhadap ESP ada 3 jenis yaitu :
·         Gassy
·         Gas Lock
·         Dan Shock Loading
Dari ganguan-ganguan tersebut ada beberapa metode yang dapat meminimalisir pengaruh gas terhadap pompa. Metode tersebut ada 3 macam yaitu :
·         Metode Penghindaran
·         Metode Pemisahan
·         Dan Metode Penanganan
Dari metode-metode tersebut ada system atau cara yang di gunakan untuk meminimalisir Pengaruh gas tersebut. System atau cara tersebut adalah sebagai berikut :
·         Metode penghindaran
o   Sistem Selubung : Cara menghindari gas yang meningkatkan pemisahan secara alami dan mengurangi gas bebas dalam pompa
·         Metode pemisahan
o   Sistem Pemisahan Gas Secara Alami : terjadi karena adanya perbedaan masa jenis dan daya apung antara gas dan fluida
o   Sistem Pemisahan Menggunakan Statis Separator : Menjaga gas bebas agar tidak memasuki pompa, tanpa menerapkan kekuatan mekanik apapun.
o   Sistem Pemisahan Menggunakan Dinamik Seperator : Memberikan energy kepada fluida untuk memfasilitasi pemisahan gas dari cairan.

·         Metode Penanganan
o   Sistem Advance Gas Handler : dengan sentrifugal khusus berkecepatan tinggi yang dapat menangani gas untuk ESP yang mengandung gas GVF 45% pada tekanan masukan rendah
o   Sistem Teknologi Aliran Aksial : untuk ESP yang mengandung gas sangat tinggi dengan GVF hingga 75 %.
Untuk lokasi pengeboran di area ADERA sebenarnya masalah yang diakibatkan oleh gas itu sangat jarang terjadi karena disini bukan daerah dengan tingkat volume gas yang tinggi. Tetapi masalah yang diakibat kan oleh gas tersebut pernah terjadi diwilayah pengeboran Adera. Dengan adanya metode-metode ini para pekerja yang ada di Adera dapat memilih metode-metode apa saja yang akan digunakan bila terjadi permasalahan gas yang mengganggu kinerja pompa. Metode-metode tersebut dapat digunakan tergantung karakteristik dan masalah yang ada di sumur minyak.

5.2            Saran

Untuk mendukung operasional produksi migas yang handal, efektif dan efisien maka di perlukan pekerja yang berkualitas sehingga kinerja pompa setelah dipasang dapat memenuhi harapan untuk mendukung pencapaian target produksi dan juga pada saat sebelum pemasangan para pekerja harus sudah tau karakteristik sumur minyak yang akan diproduksi itu seperti apa sehingga pada saat pendesainnan pompa, para pekerja tahu harus menggunakan metode penanganan gas seperti apa. Sehingga masalah-masalah yang disebabkan oleh pengaruh gas dapat diminimalisasi sedini mungkin oleh para pekerja.